Sumber ; Google.com |
Suatu sore dimana ketenangan
belum juga aku dapatkan, kenapa ? karena baru berselang sepuluh menit setelah
kedatanganku dari Luar Kota, kurasakan kelemasan dan kemalasan yang sangat, tak
ingin kegerakkan tubuh ini untuk melakukan hal apapun kecuali berbaring dan
mengistirahatkan tubuh dan jiwa ini. Tak lama kuistirahatkan diriku,
berbunyilah ponselku dengan nada yang menandakan ada panggilan masuk dari
seseorang, kecermati nomernya ternyata seseorang menelepon melalui telepon
kantorku. Kuangkat poselku karena takut akan kepentingan yang terdesak.
“Iyah Assalamu’alaikum !”
Mulaiku.
“Wa’alaikum Salam Stadz” (Ustadz
hanyalah sebuah sebutan yang digelarkan kepada pengabdi di UQI dari Kyai).
“Iyah ini siapa ?” Sahutku
langsung sebelum memulai percakapan.
“euh... ”
(tak ada respon dalam jangka waktu
yang cukup membuatku jengkel). Segera kuputus sambungan ponselku ini, tak
menghiraukan apa yang sedang terjadi. Namun, tak lama berbunyilah kembali
ponselku dengan menunjukkan sumber panggilan yang sama, kucoba untuk mengangkatnya
kembali, berharap akan mendapat jawaban yang lebih baik.
“Yah Assalamu’alaikum !”
“Wa’alaikum Salam !”
“Iyah ini Siapa ?” kulontarkan
pertanyaan yang sama seperti di awal.
“Iyah.. stadz, air keran di kamar
mandi tidak mengalir, membuat kami kesusahan dalam bekerja” jawab disana.
“Iyah ini Siapa ?” lagi-lagi
kulontarkan pertanyaan yang sama, karena hati merasa terusik, sudah bertanya
bukan jawaban yang didapat, malah sebuah pernyataan masalah, hal yang
benar-benar menggangguku.
“*!@$#&*^” suara tak jelas
disana, hanya tawaan kecil yang mengganggu.
“Iyah ini siapa ?” masih dalam
pertanyaan yang sama.
“Iyah ini Siti !”
Barulah kudapati pelakunya, dan
kumulai perbincangan.
“Iyah kenapa Siti ?” tanyaku.
“Air di kamar mandi kantor sudah
habis dan keran pun tidak mengalir walau hanya sedikit”
“Memangnya ingin kau gunakan
untuk apa air tersebut”
“Kami ingin mencuci dan
selainnya” jawabnya dengan cukup pasti.
“Kalau begitu coba kamu ambil air
dari kamar mandi yang lain, dan manfaatkan sumber air yang lain !”
“Sama ! di kamar mandi yang
lainpun sedang mengalami kekeringan”
“Kalau begitu biarkan saja
cucianmu itu menumpuk dan kau urusi itu setelah kau dapatkan air yang
kauinginkan tadi”
“awdajnskibfeuoigfealknfsom12j3e0384y385” lagi-lagi tawaan kecil yang menyambut
solusiku.
Seketika itu pula kuputus kembali
sambungan ponselku yang tadi, dan sama sekali ku tak hiraukan masalah yang baru
saja menyertaiku, sebab apa ?
Titik Permasalahan yang kuhadapi
:
Mengapa kumemandangnya sebagai
hal yang tidak perlu sebuah keseriusan di dalamnya ?
“Karena kudapati masalah tersebut
dalam keadaan ketidakseriusan !”
Mengapa lama sekali aku baru
membalas pernyataan dia ?
“Karena kumerasa terlecehkan,
belum kudapati jawaban dari pertanyaan awalku, dia sudah melontarkan sebuah masalah
yang aku harus ikut serta di dalamnya, dan itulah hal yang paling tidak
kusenangi sama sekali”
Mengapa kuputuskan hubungan
ponselku dengannya ?
“Setiap ponselku mendapatkan
panggilan masuk, menandakan adanya sebuah kepastian seseorang untuk menghubungiku
dengan membawa berbagai macam keadaan, entah itu konsultasi, bertanya, masalah,
pekerjaan, pertemanan, dan lain sebagainya. Namun, yang kudapati dalam
percakapanku tersebut bukanlah sebuah kepastian dalam hal apapun, melainkan
ketidakpastian dalam suatu hal. Tentu, dalam sebuah kepastian, tentu ada sebuah
keseriusan dengan berbagai macam ekspresi untuk melontarkannya. Karena yang kudapati bukanlah sebuah kepastian yang
jelas, yah... terpaksa kulontari dia dengan ketidakseriusan tindakanku
terhadapnya, bukan karena alasan apapun”
Tak pernah kumemandang seseorang
karena fisiknya.
“Fisikmu memiliki kelemahan, maka
kutinggalkan” “Kau punya kelebihan fisik, kehidupanmu aku usik”.
Sekali-kali tidak ! bukan
begitulah yang guru-guruku ajarkan kepadaku, tapi sekarang dan seiring
berjalannya waktu Alhamdulillah aku diberi Karunia oleh Yang Maha Bijaksana
yakni Allah Swt untuk memilih dan memilah, siapakah yang pantas aku usik atau
respon, dan bagaimanakah caraku merespon setiap tindakan dari berbagai macam kepala
yang berbeda pola pikirnya ? tentu sedikit demi sedikit kupahami makna
tersebut.
Untuk lebih lanjut masalah Cara
penyikapanku terhadap sesuatu, silahkan dibaca disini “SikapKoe”
Posting Komentar
Posting Komentar